Screenshot dulu buat konteks:Dengan resiko dihujat, saya cuma mau bilang, SALAH SENDIRI.
Pabrik akan selalu memilih tempat yang buruhnya lebih “bersahabat”. Pabrik melakukan relokasi bukan gara-gara pelit tidak mau bayar gaji lebih seperti yang sering dituduhkan sebagian orang. Uang tidak jadi masalah bagi pemilik pabrik.
Anggaplah satu pabrik punya 1.000 buruh, kalau mereka gajinya dinaikkan 1 juta per orang, jatuhnya “cuma” 1 miliar sebulan, masih masuk akal dibandingkan omzet perusahaan yang bisa sampai triliunan.
Malah pengeluaran ekstra ini bisa mengurangi pajak penghasilan juga, karena gaji itu masuk kategori biaya (yang ngerti akunting dan atau perpajakan, CMIIW).
FYI, jangan dikira relokasi pabrik itu perkara kecil. Mengangkut gedung, lahan, mesin, dll itu butuh biaya ratusan miliar. Belum lagi jadwal produksi terganggu, harus melatih tenaga kerja baru, mengurus perizinan usaha di tempat yang baru, dan sebagainya.
Tapi perusahaan tidak masalah, karena mereka kan orientasinya jangka panjang. Mending rugi sekarang tapi ke depannya proses produksi dijamin konsisten terus ke depannya daripada maksa tetap di lokasi yang lama tapi sebentar-sebentar ngurusin buruh yang demo.Kadang suka gak paham dengan jalan pikiran buruh-buruh. Sudah bagus ada pabrik di lokasi mereka. Sudah enak nyari kerja gak harus jauh-jauh ke luar kota. Bukannya bersyukur malah demo ini itu. Ya wajar lah kalo perusahaan besar akan pindah dan mencari tempat yang lebih bersahabat.
Masalahnya, kalau cuma pindah tempat atau pindah provinsi ya gpp. Kalau pindah negara atau pindah benua gimana? Ekonomi bisa hancur berantakan, dan ini cuma gara-gara buruh-buruh yang merasa duit buat cicilan Kawasaki Ninja-nya, cicilan PCX-nya atau cicilan istri keduanya kurang.
Salah siapa?