Tidak harus berhutang. Bisa juga dengan memungut pajak.
PM Inggris Margaret Thatcher pernah buat statement yang menohok tapi benar adanya (lihat gambar di atas). Ia mengakui bahwa pemerintah sebenarnya tidak punya uang. Yang kita sebut “uang pemerintah” itu aslinya ya uang masyarakat juga.
Maksud dia begini.
Sering kita berfikir bahwa Pemerintah banyak uang. Bahwa APBN itu seperti kantong ajaib yang bisa mengeluarkan secara gratis apapun yang kita minta. Makanya banyak yang rebutan minta uang dari Pemerintah. Sampai muncul istilah subsidi, bansos, banpres, beasiswa, dan lain sejenisnya.
Padahal sejatinya, sumber APBN itu ya kita juga sebagai masyarakat.
Pajak dan sejenisnya (cukai, retribusi, pnbp)
Utang (dalam negeri maupun luar negeri)
Untuk ilustrasi mungkin bisa dibayangkan skenario berikut.
Tidak lama lagi, manusia akan membuat koloni baru di Mars sana[1]. Mungkin kita akan kirim 10.000 orang pertama. Tentu mereka mencoba membangun sebuah masyarakat baru. Ada yang jadi ASN, polisi, tentara, dokter, guru, hakim, dan berbagai profesi lain.
Mereka juga mulai memikirkan infrastruktur seperti sekolah, rumah sakit, jembatan, dan jalan tol.
Pertanyaannya: duit darimana?Ket gambar: ilustrasi planet Mars
Pemerintah baru di Mars cuma punya dua pilihan: pajak atau utang.
Pajak adalah uang yang ditarik (paksa) dari masyarakat. Kenapa disebut paksa? Karena kalau tidak bayar nanti ada sanksi. Obyek pajak bisalah dikarang-karang, gampang itu. Tarif pajak juga bisa disusun. Bahkan bisa dinaik-turunkan sesuai kebutuhan.
Utang adalah uang yang bersumber dari masyarakat juga namun ditariknya secara sukarela. Nah, supaya menarik sehingga masyarakat mau menyerahkan uangnya, perlu dijanjikan bunga. Jadi Pemerintah bilang: ayo pinjamkan uang kalian Rp 100 hari ini, tahun depan dikembalikan sebesar Rp 105 (bunga 5% p.a). Suku bunga ini juga bisa dinaik-turunkan sesuai kebutuhan.
Masing-masing ada pro dan cons.
Pajak disukai Pemerintah, tapi dibenci masyarakat
Utang dibenci Pemerintah, tapi disukai masyarakat
Bisa ngga kalau Pemerintah cetak uang saja? Kan enak tuh. Semua sama-sama senang. Pemerintah senang dapat uang, rakyat juga tidak terbebani.
Ya engga bisa. Kok mau enaknya saja!
Cetak uang tanpa dasar hanya akan berakibat inflasi. Karena tiba-tiba ada uang jatuh dari langit padahal tidak ada aktivitas ekonomi yang menyertai.
Mau direkayasa macam apapun, yang namanya cetak uang itu akan berdampak inflasi. Tidak bisa disembunyikan, dihalang-halangi.Ket gambar: ilustrasi inflasi
Kalau masih ada yang ngeyel, silakan tulis di kolom komentar: Kapan dan dimana ada negara cetak uang tanpa disertai inflasi.
Jangan teori ya. Saya minta bukti.
Kalau teori doang sih nenek saya juga bisa.
FAQ
Tanya: Wah, kok pilihannya engga enak semua. Pajak tidak enak, utang juga tidak enak.
Jawab: Ya memang begitu esensi ekonomi. Makanya ilmu ekonomi itu disebut sebagai ilmu untuk membuat pilihan (economics is the study of choice). Ia membantu kita untuk memilih antara “buruk” atau “lebih buruk”.
Kalau ilmu untuk memilih antara “baik” atau “buruk” itu disebut ilmu agama (religion).
Tanya: Jadi kapan baiknya pakai pajak dan kapan baiknya pakai utang?
Jawab: Tergantung. Banyak faktor yang mempengaruhi. Yang jelas Pemerintah di mana pun pasti pakai dua alat tersebut. Kadang pajak yang dominan, kadang utang yang dominan.
Tanya: Tapi kok banyak sekali yang mengkritik utang Pemerintah?
Jawab: Yang mengkritik itu kan oposisi Pemerintah. Nanti kalau dia jadi Pemerintah, pasti dia juga pakai instrumen utang dan pajak.
Tanya: Tapi kan berutang itu tidak enak, nanti bisa didikte pemberi utang.
Jawab: Ya namanya butuh gimana lagi. Pengemis tidak bisa maksa (beggars can’t be choosers).
Bonus:
Sebentar lagi Pemilu. Biasanya kampanye nanti diisi dengan janji-janji. Akan bangun ini akan bangun itu. Akan buat ini akan buat itu. Padahal ingat kata Margaret Thatcher di atas tadi, bahwa Pemerintah tidak punya uang. Jadi tolong tanyakan ke kandidat favorit Anda masing-masing, darimana sumber dana janji-janji tersebut.
Economist seperti saya tahu bagaimana cara kerja mesin ekonomi. Jadi kami sudah tidak heran dengan perilaku politisi. Mereka semua sama kok. Kalau jadi Pemerintah ya pilihannya cuma narik pajak atau berutang. Kalau jadi oposisi ya tinggal salahin aja Pemerintah.
Sebagai masyarakat pembayar pajak, mari pelototi dan kritisi mereka yang dibayar oleh pajak kita. Itu uang kita, bukan uang Pemerintah. Mobil dinas jangan dipakai mudik Lebaran. Ajudan dinas jangan dipakai untuk mengurus keluarga.Catatan Kaki