Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY menyambangi kediaman Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 RI Jusuf Kalla atau JK di kawasan Jakarta Selatan. Momen tersebut, memunculan sebuah pertanyaan besar karena kedatangan AHY pada malam hari . Ada apa sebenarnya?
AHY tidak hanya datang sendiri, ia ditemani istrinya Annisa Pohan beserta Sekjen Partai Demokrat Teuku Riefky Hasya. Pertemuan tersebut dimulai dengan ucapan selamat ulang tahun kepada Jusuf Kalla yang terrnyata sedang bertambah usia. Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) Partai Demokrat Andi Arief, menyebut pertemuan tersebut sekedar silaturahmi saja.
Nyatanya, dalam pertemuan tersebut mereka sempat membahas soal cawapres yang cocok untuk mendampingi Anies Baswedan. Mulanya, JK mengatakan cawapres untuk Anies Baswedan menjadi kewenangan internal koalisi. Tak hanya itu, kata JK, Anies Baswedan juga memiliki kewenangan untuk menentukan sendiri sosok yang akan mendampinginya di Pilpres 2024.
“Kalau secara teknis dan secara ini kan, itu adalah kewenangan daripada koalisi dan capres,” kata JK usai bertemu dengan AHY di kediamannya di Jalan Brawijaya, Jaksel, Senin (15/5 2023). JK kemudian mengatakan AHY mempunyai kemampuan untuk menjadi cawapres. Kendati demikian, mengenai cawapres untuk Anies menjadi kewenangan koalisi.
“Kalau Pak AHY ini pasti mempunyai kemampuan itu dan tentu di sini pertimbangan itu, saya di luar itu kan kewenangan dari partai politik koalisi sendiri dan juga capres,” kata JK. Dalam kesempatan yang sama, AHY mengatakan pertemuan dengan JK selama satu jam itu membahas isu kebangsaan. AHY menyebut JK juga banyak memberi pandangan sebagai negarawan yang pernah menjadi Wakil Presiden Republik Indonesia dua kali.
“Saya malam hari ini datang dengan sebuah niat untuk menyambung silaturahim tapi juga mendapat pandangan-pandangan beliau sebagai tokoh bangsa, seorang negarawan yang pernah menjadi Wakil Presiden Republik Indonesia dua kali, bersama Presiden SBY dan juga mendampingi Presiden Jokowi, ” ujarnya.
Pada kesempatan yang sama, JK juga menanggapi soal Jokowi yang akan memberikan bisikan kuat kepada parta-partai politik mengenai calon presiden. Dia mengungkit ketika pemerintahan di zaman Megawati Soekarnoputri dan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tidak mempengaruhi partai politik untuk memilih salah satu capres.
Sebelumnya Jokowi memang sempat menuturkan akan memberi bisikan kuat kepada parta-partai politik mengenai calon presiden. Akan tetapi, Jokowi jelas mengatakan jika hal tersebut hanya berlaku untuk partai yang koalisinya belum selesai. “Karena menurut konstitusi itu yang bisa, yang bisa mencalonkan itu adalah partai atau gabungan partai” kata Jokowi.
Tanggapan Jk sendiri, secara tidak langsung mengungkapkan jika beliau bersebrangan dengan Jokowi. Mungkin karena profil seorang Jokowi yang sangat memperdulikan rakyat serta keberpihakannya terhadap rakyat kecil membuat Jokowi ingin bangsa ini memilih pemimpin yang tepat. Sedangkan JK yang punya jiwa seorang pengusaha tentu saja menolak tindakan Jokowi.
Tentunya terpilihnya pemimpin yang merakyat akan berpengaruh terhadap stabilitas serta pendapatan dari pengusaha terlebih pengusaha tak berempati terhadap SDM yang ada. Sebelumnya JK sewaktu menjabat sebagai wapres Jokowi, dirinya menyoroti soal penolakan Tenaga Kerja Asing (TKA) masuk ke Indonesia. Dia menyebut jika jumlah TKA lebih sedikit ketimbang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang ke luar negeri.
Kita, (TKA) masuk sedikit ribut, Padahal untuk maju dibutuhkan investasi, investasi itu kan modal dan skill. Apabila kita persulit tenaga ahli, expat, maka modal dan skill tidak masuk,” kata JK (24/4/18). Salah satu hal yang mendasari JK pro dengan adanya tenaga asing adalah sebagian besar TKA bekerja diperusahaan miliknya.
Sayangnya, sikap tersebut hanya bertahan selama dirinya menjabat saja. Pada tahun 2022, setelah lengser beliau malah berujar jika menyayangkan mayoritas pekerja industri terutama nikel Tanah Air didominasi tenaga kerja asing (TKA). JK tak ingin hal tersebut terjadi di perusahaannya. Oleh karenanya, Kalla Group yang saat itu tengah membangun smelter nikel sendiri akan dikelola oleh anak negeri dan pekerjanya adalah warga sekitar.
“Kita bikin smelter, kita belajar sendiri, InsyaAllah tahun depan smelter pertama milik nasional akan beroperasi. Semua dilakukan tapi tidak dengan otak dari luar. (Namun dengan) Kemampuan diri sendiri,” katanya. Katanya untuk mengembangkan skill dan lainnya tapi sebaliknya sekarang malah ditolak mentah-mentah.
Semoga saja, hal tersebut hanyalah sebuah spekulasi dan bukanlah suatu kenyataan, karena jika benar seperti itu, tentunya sangat disayangkan untuk seorang yang pernah dua kali menjabat wakil presiden. Demi kuntungan pribadi, apapun itu selama menguntang boleh-boleh saja dilakukan.
MI