Petani Kakao Desa Sintuwu, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi siap melepas ketergantungan terhadap pupuk bersubsidi. Secara swadaya mereka memproduksi pupuk organik dengan memanfaatkan limbah ternak yang mereka miliki (Senin, 27/11/2023).
Para petani dibantu oleh mahasiswa UPN “Veteran” Jawa Timur bekerja sama dengan Yayasan EduFarmers International pada program Bertani Untuk Negeri memproduksi sekitar 500 kg pupuk organik padat dengan bahan-bahan yang mudah didapat.
“Bahan bakunya mudah, menggunakan kotoran kambing, daun gamal, sekam bakar, batang pisang, dan biocar atau M21 sebagai mikroorganisme pengurai,” jelas Mahasiswa UPN “Veteran” Jawa Timur.
Para aparat Desa sangat meng
Program apresiasi ini dan diharapkan dapat membantu kebutuhan pupuk petani yang saat ini tengah mengalami kelangkaan.
“Pupuk organik padat dapat menjadi salah satu upaya menuju keberlanjutan pertanian yang lebih ramah lingkungan dan memiliki prospek pasar yang lebih bagus,” ucap Ketua RT 2 Desa Sintuwu.
Kotoran kambing mengandung hara yang lebih baik dari kotoran hewan lain. Penggunaan daun gamal didasarkan pada unsur pada daun tersebut yang mengandung nitrogen tinggi yang bagus untuk proses pertumbuhan tanaman, kemudian penggunaan batang pisang dipilih karena banyak mengandung phospor yang baik untuk kesehatan tanaman, sedangkan sekam bakar m engandung kalium, dan M21 sebagai dekomposer guna mempercepat penguraian bahan -bahan tersebut. Dengan demikian pembuatan pupuk organik padat ini dapat dijadikan sebagai pengganti pupuk NPK yang sudah mulai mahal harganya.
“Dengan penggunaan pupuk organik padat ini dapat menyeimbangkan pH tanah secara alami. Ekosistem di dalam tanah juga akan terjaga. Harapannya, produksi tanaman juga meningkat sehingga kesejahteraan petani juga semakin bertambah,” kata Endre, petani kakao Desa Sintuwu.