Mahasiswa Agribisnis UPN “Veteran” Jawa Timur berkolaborasi dengan Yayasan EduFarmers International dalam Program Bertani Untuk Negeri menjalankan program pendampingan petani di sektor perkebunan kakao. Kegiatan ini tidak lain ditujukan untuk meningkatkan produktivitas tanaman kakao di Desa Bulili, Kecamatan Nokilalaki, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah.
Pendampingan ini adalah salah satu upaya dalam pemberdayaan petani. Kegiatan ini dapat menjadi wadah petani untuk mengakses ilmu pengetahuan dan teknologi serta melakukan diskusi dengan pendamping terkait masalah yang dihadapi di kebun. Pendamping diharapkan mampu memberikan manfaat kepada para petani beserta keluarganya, mengenai tata cara berusahatani yang sesuai dengan GAP (Good Agricultural Practice).
Terdapat berbagai kegiatan yang telah dijalankan dalam program ini, salah satunya ialah kegiatan sekolah lapang. Sekolah lapang adalah kegiatan penyuluhan yang dilakukan sebanyak lima kali dengan topik pembahasan yang berbeda-beda. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani dalam melakukan kegiatan usahatani yang sesuai dengan GAP (Good Agricultural Practice).
Menurut Musdalifa, mentor Program Bertani Untuk Negeri Komoditas Kakao Batch 7 Area Bulili, beberapa permasalahan yang dihadapi oleh petani di Desa Bulili adalah usia tanaman yang sudah tua, serangan hama penyakit, kurangnya perawatan tanaman, dan kurangnya manajemen keuangan yang baik.
“Disini kebanyakan kakaonya sudah tua dan belum direhabilitasi jadi produktivitasnya banyak yang turun. Kebun petani juga banyak yang terserang hama penyakit, beberapa petani juga banyak yang mulai fokus ke komoditas lain seperti jagung dan buncis. Kalau mengenai keuangan, mungkin sudah ada yang melakukan pencatatan pengeluaran dan pendapatan, tapi pencatatannya tidak terlalu detail,” ucap Musdalifa.
Dalan kurun waktu kurang lebih empat bulan, para mahasiswa sebagai pendamping bersama mentor telah melaksanakan kegiatan sekolah lapang sebanyak lima kali. Topik-topik yang diangkat diantaranya mengenai rehabilitasi dan replanting, GAP, manajemen HPT utama, pupuk organik cair, serta pascapanen dan manajemen keuangan.
Para petani sangat antusias mengikuti kegiatan sekolah lapang ini. Banyak hal baru yang didapat oleh petani yang dapat diterapkan di kebunnya seperti teknik rehabilitasi sambung cupon. “Banyak yang saya baru tahu disini seperti sambung cupon, saya baru lihat disini. Selama ini petani hanya tahu sambung samping. Sambung cupon juga dilakukan di tunas air jadi kalau gagal tidak terlalu berpengaruh ke batang utama,” jelas Safardin, salah satu petani peserta sekolah lapang.
Dalam kegiatan ini, Mubin, anggota Kelompok Tani Belo Singgani juga mengatakan bahwa ia sangat menyukai materi mengenai pestisida nabati dan pupuk organik cair. “Kedua produk tersebut sangat mudah dibuat. Kita hanya butuh bahan-bahan seperti daun pepaya, detergen, telur, micin, dan terasi. Bahan-bahan itu sangat mudah ditemukan disini sehingga mempermudah petani,” ucapnya.
Kepala Desa Bulili, Usman, juga turut hadir dalam kegiatan sekolah lapang ini. Ia menjelaskan program-program seperti ini harus dilanjutkan demi meningkatkan kesejahteraan petani. “Program seperti ini harus diteruskan karena secara tidak langsung dapat meningkatkan hasil produksi petani disini. Jika produksi petani meningkat maka pendapatan mereka juga akan meningkat,” tuturnya.
Sementara menurut Agus, Ketua Gapoktan Tora Tavea, petani disini sangat berterimakasih kepada para mahasiswa karena sudah peduli dengan para petani disini dan berkenan meluangkan waktunya untuk pergi ke Sulawesi guna berbagi ilmu dan pengalaman dengan para petani.