Penulis : Faizza Shohifa Barid, M.H Nurul Aafi, Karina Rahma Aulia, Ivander Raisa Ibrahim, Arjuna, Aisyah Hanifah Ilmuna, Muhammad Owen Faizal, I Gusti Putu Jihan, Muhammad Farhan Zulfa Ulhaq, Muhammad Hafid Anshori
Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang
Media Bangsa – Bullying merupakan tindakan agresif yang dilakukan berulang kali dengan tujuan menyakiti atau merendahkan orang lain, bullying merupakan termasuk masalah sosial yang serius di kalangan remaja dan termasuk merusak Kesehatan mental yang cukup serius. Termasuk Tindakan agresif yang dilakukan secara berulang baik secara fisik,verbal, dan sosial media tidak hanya melukai secara fisik, tetapi juga meningalkan luka psikologis yang mendalam.
Remaja yang menjadi korban bullying cenderung mengalami penurunan kepercayaan diri, merasa tidak dihargai, tidak di dengar, dan mulai mengisolasi diri dari lingkungan sosial. Timbulnya efek psikologis ini yang menjadi gangguan kecemasan, stress berkepanjangan, pikiran untuk bunuh diri, hingga depresi berat. Rentan nya mengalami emosi negatif seperti takut, sedih, marah, dan stres berkepanjangan. Bullying dapat menyebabkan trauma dan PTSD (Post-Traumatic Stress Disorder), yang membuat korban mengalami kilas balik, mimpi buruk, dan ketakutan berlebihan. Gangguan mental seperti anxiety dan depresi dapat berkembang menjadi masalah yang lebih kompleks jika tidak ditangani dengan baik. Masalah fisik, seperti sakit kepala, sakit perut, gangguan pencernaan, gangguan tidur, hingga penurunan daya tahan tubuh.
Oleh karena itu, penanganan bullying harus menjadi perhatian utama bagi semua pihak. Dukungan emosional dari keluarga, teman, dan komunitas sangat penting bagi pemulihan korban. Sekolah perlu mengambil langkah-langkah pencegahan dan penanganan yang efektif untuk menciptakan lingkungan yang aman dan suportif bagi semua siswa. Dengan kerjasama semua pihak, dampak negatif bullying pada kesehatan mental remaja dapat diminimalkan, dan mereka dapat tumbuh menjadi individu yang sehat secara emosional dan sosial.
Dampak bullying tidak hanya dirasakan oleh korban, tetapi juga oleh pelaku dan bahkan saksi. Pelaku bullying cenderung tumbuh menjadi pribadi yang agresif, sulit berempati, dan berisiko mengalami masalah psikologis jangka panjang. Sementara itu, saksi bullying bisa merasa bersalah, takut, atau bahkan meniru perilaku negatif tersebut.
Melihat besarnya dampak bullying terhadap kesehatan mental remaja, sudah saatnya semua pihak keluarga, sekolah, dan masyarakat bersinergi untuk mencegah dan menangani kasus bullying secara serius. Dukungan emosional, edukasi, serta lingkungan yang aman dan inklusif sangat dibutuhkan agar remaja dapat tumbuh dan berkembang dengan sehat, baik secara fisik maupun mental. Mengabaikan atau menormalisasi bullying hanya akan memperburuk krisis kesehatan mental di kalangan remaja dan mengancam masa depan generasi muda kita.
Tinggalkan Balasan