Tidak.

Mereka tidak akan mau dirinya menjadi sesuatu yang lain.

Mungkin Hindu di pulau lain tidak tahan dipersekusi sebagai minoritas, jadi mau tidak mau ya harus ikut bergabung dengan tetangga kanan-kirinya agar tidak dianggap aneh.

Orang Bali itu klo agamanya diibaratkan sebagai susunan ekonomi, mereka adalah owner dari berbagai usaha. Jadi biarpun MLM membanjiri dunia dengan iming-iming wisata kapal pesiar, dapat emas murni 1000 gram, komisi bisa diwariskan turun temurun, tapi harus menghamba ke satu leader demi keuntungan atasannya, yo gak mampu aku Mas..šŸ¤­. Mending aku urus bisnisku sendiri, yang sudah warisan Nenek Moyang berabad-abad yang lalu, tanpa harus menghamba ke siapapun.

Atau jika diibaratkan sebagai pesohor, agama Hindu di Bali itu ibarat Christine Hakim. Sudah berkualitas, berharga dan terkenal sejak dulu kala. Biarpun para selebgram dan penyanyi dangdut cetar membahana menguasai segala media dengan pemberitaan yang penuh sensasi, Christine Hakim gak mungkin bergeming ingin ikut-ikutan stealing the light. Dia gak usah muncul di TV, gak usah main film lagi, gak usah live untuk mengemis gift, everyone knows her! Dan dia pun hidup nyaman dengan berbagai royalty yang bergulir lancar.

Jadi agama orang Bali itu sudah warisan sejak lama, yang terbukti membawa kedamaian, kenyamanan, keselamatan dan rejeki baik bagi semua umatnya. Mereka tidak perlu memikirkan untuk merubah kepercayaannya. Pulau kami dilindungi Semesta dengan semua kesederhanaan cara berpikirnya.

Semiskin-miskinnya orang di Bali, pasti punya TV dan sepeda motor. Mereka selalu bisa makan layak 3x sehari. Mereka selalu punya anggaran untuk sembahyang tiap hari.

Dan orang Bali jarang sekali mau merendahkan dirinya demi uang atau sebuah aturan tidak masuk akal yang hanya menguntungkan segelintir orang. Tanggung jawab kami adalah dari manusia ke Tuhan dan alam semesta, bukan dari manusia ke manusia ciptaan Tuhan. No offense. Ini kepercayaan kami, please stay in peace with what you believe.

*Foto anak kedua saya Mbak Shanny Rizky Zulaika, saat acara Mepandes a.k.a Potong Gigiā™„ļø. Gadis berdarah Jawa-Bali, lahir dalam tradisi Muslim, namun tetap lebur dalam segala tradisi Hindu-Bali sesuai alur patriarki di Bali.