DI sekolah kalian, adik kalian, anak kalian, atau keponakan kalian, masih ada gak sih oknum-oknum guru yang demikian,
1. Guru olahraga berbadan buncit yang senang godain siswi good looking tetapi tydac ramah dengan siswi lainnya, terlebih siswa. Bahkan saat pelajaran senam lantai, sang oknum melakukan modus-modus halus.
2. Guru olahraga yang sering banget ngasih tugas renang tanpa mempertimbangkan biaya dan cuaca, lalu siswa/i yang berhalangan hadir diharuskan membayar denda. Sedangkan di kolam pun sang guru gabut aja.
3. Guru piket laki-laki yang memasukkan kemeja siswi dengan tangannya sendiri dengan mata yang auto-fokus ke logo OSIS.
4. Guru mapel yang mewajibkan siswa membeli buku modul/LKS dan menekan mereka yang tidak membelinya, padahal pemerintah sudah mengakomodasikan buku paket sekolah.
5. Guru yang mewajibkan membeli seragam, atribut pakaian, dan bahan ajar lainnya dari koperasi dengan harga yang tidak wajar.
6. Guru yang menganakemaskan siswa pandai dan berprevilese, namun mengabaikan siswa miskin dan bermasalah, tanpa upaya pendekatan dan konseling terhadap mereka.
7. Guru yang memaklumi perundungan dan pelecehan di sekolah, bersikap memihak dan berat sebelah dalam menangani kasus tersebut, tanpa mempertimbangkan psikologis dan masa depan anak.
8. Guru yang sama sekali tidak berupaya menyelamatkan siswa yang terancam putus sekolah.
9. Guru yang setengah hati dan ogah-ogahan dalam mengajar, cuma ngasih jamkos alias jam kosong.
10. Guru agama ultra-konservatif dan fundamentalis yang memberikan komentar agamais, penghakiman, dan cap negatif terhadap siswa.
11. Guru yang suka memaki, memperolok, dan mempermalukan siswa, bahkan hingga main tangan.
12. Guru yang getol memangkas rambut siswa secara serampangan tanpa mempertimbangkan karakter dan preferensi rambut individu, menggeneralisir semua harus berambut cepak layaknya akademi militer.
13. Guru yang menghukum siswa keliling lapangan karena terlambat datang ke sekolah, membikin jam pelajaran semakin tertinggal.
14. Guru yang affair dengan sesama rekan guru.
15. Guru yang affair dengan siswi.
Setidaknya itulah ironi pendidikan yang kualami dan kulihat di sekolah dari dulu sampai sekarang, tetapi kita pun enggak bisa ngapa-ngapain untuk sekadar speak up karena siswa dan orang tua lain memakluminya sebagai hal biasa. “Biar fokus belajar dan berprestasi di sekolah aja,” katanya. “Gak usah ngurusin hal-hal begituan!”
Akhirnya, ketidakadilan dan ironi mendarah daging pada tubuh sekolah menengah kita.
Semoga di sekolah kalian enggak begitu, ya. (*/msl)